Masya Allah, “Sudah kaya, taat beragama, rajin beribadah, berinfakpun tidak pernah putus.” Demikianlah kira-kira pujian terhadap orang yang memiliki banyak harta, berakhlak baik dan taat menjalankan perintah agama.
Bagaimana seharusnya seorang Muslim menyantuni harta kekayaan yang dimilikinya, haruskah dia kaya, atau biasa-biasa saja, ataukah terima apa adanya ?
Imam Khazin rahimahullah menegaskan dalam tafsirnya bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membahagikan umat manusia yang berdoa kepada dua kelompok;
(pertama) hanya berdoa untuk kepentingan dunia. Mereka ini adalah orang-orang kafir, karena mereka tidak menyakini hari kebangkitan dan akhirat.
(kedua) orang-orang Mukmin yang menggabungkan dalam doa mereka antara kepentingan dunia dan akherat. Dengan alasan manusia diciptakan dalam keadaan lemah yang selalu kekurangan, tidak sanggup hidup sengsara dan meminta-minta.
Para pendahulu kita, assalafus shalih dari kalangan Sahabat maupun Tabi’in telah memberi teladan bagaimana memiliki kejayaan di dunia dan akhirat. Zubair bin Awwam RA contohnya, beliau memiliki isteri empat. Meski sepertiga hartanya telah diwasiatkan, dan setiap isterinya mendapat bahagian satu juta dua ratus ribu dinar. Jumlah harta kekayaan beliau radhiyallahu ‘anhu seluruhnya adalah lima puluh juta dua ratus ribu (dinar).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
(QS. al-Ma’arij/ 70:19-21). Rujuk http://surah.my/70/
Untuk berjaya dan bahagia di dunia dan akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengarahkan para hamba-Nya agar berdoa sebagaimana firman-Nya :
Wahai Rabb kami! Karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api Neraka.
(QS. Al-Baqarah / 2:201). Rujuk http://www.surah.my/2#201
Kekayaan membuat manusia lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi mereka harta. Ini lah penyebabkan kufur nikmat. Jika kekayaan membuat seseorang tetap istiqamah dan taat beragama, maka harta itu akan mendatangkan manfaat yang sangat banyak. Antaranya dengan hidup berkecukupan, maka menutut ilmu menjadi mudah, beribadah menjadi lancar, bersosialisasi menjadi mesra, bergaul semakin indah, berdakwah semakin seronok, berumah tangga semakin stabil dan beramal shalih semakin kuat. Oleh itu, harta di tangan seorang mukmin tidak akan berubah menjadi perusak kepada kehidupan dan masyarakat sekeliling serta penghancur kebahagiaan keluarga. Sebaliknya, harta di tangan seorang Muslim yang soleh akan berfungsi sebagai peimbangan dalam beribadah dan mendekatkan hubungan dengan makhluk.
Dibawakan oleh Imam Al Bukhari dalam Adabul Mufrod pada Bab “Sebaik-baik harta adalah di tangan orang yang sholih”.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ يَقُولُ بَعَثَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى ». فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَصَعَّدَ فِىَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ « إِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ وَأَرْغَبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّى أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى الإِسْلاَمِ وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَقَالَ « يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ »
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ali dari Bapaknya ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepadaku agar mengatakan, “Bawalah pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku.” Maka aku pun datang menemui beliau, sementara beliau sedang berwudlu. Beliau kemudian memandangiku dengan serius dan mengangguk-anggukkan (kepalanya). Beliau lalu bersabda: “Aku ingin mengutusmu berperang bersama sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah dan dan aku berharap engkau mendapat harta yang baik.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidaklah memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan tetapi saya memeluk Islam karena kecintaanku terhadap Islam dan berharap bisa bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka beliau bersabda: “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih.” (HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ يَقُولُ بَعَثَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى ». فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَصَعَّدَ فِىَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ « إِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ وَأَرْغَبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّى أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى الإِسْلاَمِ وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَقَالَ « يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ »
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ali dari Bapaknya ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepadaku agar mengatakan, “Bawalah pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku.” Maka aku pun datang menemui beliau, sementara beliau sedang berwudlu. Beliau kemudian memandangiku dengan serius dan mengangguk-anggukkan (kepalanya). Beliau lalu bersabda: “Aku ingin mengutusmu berperang bersama sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah dan dan aku berharap engkau mendapat harta yang baik.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidaklah memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan tetapi saya memeluk Islam karena kecintaanku terhadap Islam dan berharap bisa bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka beliau bersabda: “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih.” (HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Harta yang tidak digunakan di jalan kebaikan dan melupakan kewajiban, harta seperti ini bisa jadi hilang barokah dan kebaikan di dalamnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)
Harta akan menjadi sebuah tenaga yang memancarkan masa depan cerah dan sebuah kekuatan yang mengandung berbagai macam keutamaan dan kemuliaan dunia dan akhirat. Harta juga bisa menjadi penggerak roda dakwah dan jihad ke jalan Allah.
Umar bin Khaththab RA bercerita, ”Suatu hari Rasulullah SAW memerintahkan kami agar bersedekah dan ketika itu saya sedang memiliki banyak harta. Saya mengatakan, ’Hari ini aku akan mampu menandingi Abu Bakar RA dalam bersedekah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu ?’ Saya menjawab, ’Aku tinggalkan sejumlah itu untuk keluargaku.’ Lalu Abu Bakar datang membawa semua kekayaannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Wahai Abu Bakar ! Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu ? Ia menjawab, ’ Saya tinggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.’ Lalu aku berkata, ’Saya tidak akan mampu menandingimu selamanya.
Setiap Muslim dituntut menjadi teladan, termasuk dalam semangat mendapatkan rezeki dan membuka peluang kerja yang halal. Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu ketika berhijrah ke Madinah dengan segala kekangan dan kehidupan yang serba susah tetapi karena ketakwaan kepada allah dan rasul maka beliau bersama dalam hijrah, beliau harus meninggalkan seluruh hartanya di Makkah. Dalam keadaan seperti itu beliau radhiyallahu ‘anhu mendapat tawaran bantuan, namun beliau menolaknya dan mengatakan ”Tunjukkan kepadaku di mana pasar Madinah!” dalam waktu yang tidak begitu lama beliau radhiyallahu ‘anhu sudah mampu hidup sendiri dan menikah dari hasil usahanya.
Adapun tentang hadits bahwa Abdurrahman masuk surga sambil merangkak adalah hadits palsu seperti yang telah ditegaskan Imam Ibnul Jauzi rahimahullah dalam Talbis Iblis dan sanadnya sangat lemah sebagaimana yang telah ditegaskan Imam adz-Dzahabi rahimahullah dalam Siyar A’lamin Nubala’.
Kesibukan para utusan Allah dan para ulama salaf dalam mencari ilmu dan berda’wah tidak melalaikan mereka mendapatkan rezeki yang halal untuk menafkahi keluarganya. Maka, seorang Muslim mesti meneladani mereka, kesibukan dalam berusaha jangan membuatkan kita lalai menuntut ilmu atau beralasan menuntut ilmu membuat kita malas untuk mencari nafkah.
Sumber rujukan :
https://rumaysho.com/1129-sebaik-baik-harta-di-tangan-orang-yang-sholih.html
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1054)
Semoga bermanfaat.
Sumber rujukan :
https://rumaysho.com/1129-sebaik-baik-harta-di-tangan-orang-yang-sholih.html