Sedekah & berinfak setiap hari semampu kita...Mungkinkah???
Credit: Muslimah sejati & 1001 tips suami isteri
“Setiap pagi ada dua Malaikat yang datang kepada seseorang, dimana yang satu berdoa: “Wahai Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya”, dan malaikat yang lain berdoa “Wahai Allah, binasakanlah harta orang yang kikir”(HR Bukhori, Muslim)
“Sesungguhnya sedekah itu dapat menangkal tujuh puluh macam bala’ (musibah). Karenanya perbanyaklah sedekah, baik dengan cara sembunyi ataupun terang – terangan, maka kamu pasti akan diberi pahala, ditolong dan rizkinya dicukupkan (oleh Allah SWT)”. (Hadist Rasulallah SAW, Riwayat Imam Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”. (HR. Bukhari dan Muslim)
penjelasan hadits ini.
Makna Sulama
(سُلاَمَى) bermakna persendian. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah tulang.
Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan bahwa (سُلاَمَى) adalah persendian dan anggota badan.
Dinukil oleh Ibnu Daqiq Al ‘Ied bahwa Al Qadhi ‘Iyadh (seorang ulama besar Syafi’iyyah) berkata, “Pada asalnya kata (سُلاَمَى) bermakna tulang telapak tangan, tulang jari-jari dan tulang kaki. Kemudian kata tersebut digunakan untuk tulang lainnya dan juga persendian”.
Terdapat hadits dalam shohih Muslim bahwa tubuh kita ini memiliki 360 persendian. Di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 2377)
setiap hari diwajibkan bagi anggota tubuh kita untuk bersedekah. Yaitu diwajibkan bagi setiap persendian kita untuk bersedekah. Maka dalam setiap minggu berarti ada 360 x 7 = 2520 sedekah.
Faedah dari hadits ini menunjukkan setiap orang wajib bersedekah dengan setiap anggota badannya pada setiap harinya mulai dari matahari terbit. Karena perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (عَلَيْهِ صَدَقَةٌ) menunjukkan wajibnya. Bentuk dari hal ini adalah setiap orang harus bersyukur kepada Allah setiap paginya atas keselamatan pada dirinya baik keselamatan pada tangannya, kakinya, dan anggota tubuh lainnya. Maka dia bersyukur kepada Allah karena nikmat ini.
Kalau ada yang mengatakan hal seperti ini sulit dilakukan karena setiap anggota badan harus dihitung untuk bersedekah?
Jawabannya : Nabi telah memberikan ganti untuk hal tersebut yaitu untuk mengganti 360 sedekah dari persendian yang ada. Penggantinya adalah dengan mengerjakan shalat sunnah Dhuha sebanyak 2 raka’at.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى »
“Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin Robbah radhiyallahu ‘anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin. Beliau bersabda,
أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً
“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al Kabir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 1512)
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta tidaklah mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)
Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullahada dua penafsiran:
[1] Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan lama-kelamaan terbiasa merasakannya.
[2] Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.
[3] dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku,
لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu.” Dalam riwayat lain disebutkan,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut
[4]. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta.”
Allah Ta’ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)
Allah Ta’ala berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Sahal ra menuturkan tentang Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengenakan pakaian yang terbuat dari kain wool berwarna hitam dipadu warna putih di bagian sisi-sisinya. Lalu, beliau pun keluar menuju para sahabat seraya berkata: ”Wahai sahabatku, betapa bagusnya kain ini!” Seorang Arab Badui datang menghampiri beliau sambil menyatakan, ”Hadiahkanlah kain itu kepadaku, wahai Rasulullah.” Seperti diketahui, beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. Tidaklah mengherankan bila kekasih Allah SWT itu segera menjawab, ”Ya, ambillah.” Kemudian jubah yang beliau sukai itupun diberikannya kepada lelaki Arab tadi. Beliau lantas meminta baju biasa untuk dikenakan. Setelah itu beliau menyulam baju sebagaimana kain yang dikenakannya tadi. Rasulullah pun wafat dengan mengenakan baju yang disulam tersebut (Kanzul Ummal, Juz IV, halaman 42).
Suatu waktu Nabi Muhammad SAW mengirim utusan kepada Utsman bin Affan agar ia dapat membantu pasukan al-'usrah. Tanpa berpikir dua kali, Utsman menyerahkan uang senilai sepuluh ribu dinar melalui utusan tersebut. Saat Rasulullah Muhammad SAW menerima dana tersebut, beliau mendoakan Utsman: ”Semoga Allah mengampunimu, wahai Utsman, baik kesalahan-kesalahanmu yang dirahasiakan, yang tersembunyi maupun yang nampak terlihat. Semoga ampunan itu terus hingga hari Kiamat. Tidak ada perbuatan yang lebih baik lagi dari ini setelahnya” (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Adi, Daruquthni, Abu Nu'aim, dan Ibnu Asakir; al-Muntakhab, Juz V, halaman 12).
Pada masa kini, jumlah sepuluh ribu dinar kira-kira setara dengan 42,5 kilogram emas. Bila harga 1 gram emas RM 100.00 berarti Utsman menginfakkan hartanya untuk Islam sebanyak RM 4.3 juta dana sebanyak itu tanpa perlu difikir-fikir dahulu.
Pernah Ibnu Umar sakit. Ia ingin sekali makan anggur. Dibelikanlah ia setandan anggur seharga satu dirham (sekitar 112 dinar atau Rp17.000). Namun, datanglah seorang miskin mengemis. Apa yang beliau lakukan? Beliau memerintahkan agar anggur itu diberikan kepada orang miskin tadi. Hal ini berulang hingga tiga atau empat kali. Hingga akhirnya Ibnu Umar pun makan anggur (al-Hilyah, Juz I, halaman 297; al-Ishabah, Juz II, halaman 248). Sungguh mulia pemandangan ini. Harta yang diinfakkan bukan berarti harus selalu besar. Siapapun dapat melakukannya.
Rupanya, para sahabat banyak yang secara sengaja menyisihkan dari penghasilannya untuk bersedekah berinfak.
Ibnu Sa'ad menceritakan dari Nu'man bin Humaid ra yang berkata: ”Aku bersama dengan pamanku pernah berkunjung ke rumah Salman al-Farisi di daerah Madain. Ia menganyam daun kurma”. Salman pun menjelaskan, ”Aku membeli daun kurma seharga satu dirham. Lalu, aku anyam dan kujual seharga tiga dirham. Satu dirham untuk modal, satu dirham untuk keluargaku, dan satu dirham sisanya untuk aku sedekahkan. Andai saja Umar bin Khathab ra melarangku untuk melakukan ini, niscaya aku tidak akan berhenti melakukannya” (Ibnu Sa'ad, Juz IV, halaman 64).
Sudahkah kita meniru sahabat Nabi Salman al-Farisi?
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Mas'ud Al-Anshari
“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya Kemudian ia berkata ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah wahai Rasulullah' Kemudian Rasulullah SAW bersabda ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat semua dilubangi hidungnya' (HR Muslim)
Rasulullah SAW bahkan berwasiat khusus kepada kaum wanita Saat bertemu dengan Asma' Rasulullah SAW bersabda “Berinfaklah dan janganlah kamu menghitung-hitung hartamu karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu. Dan janganlah engkau bakhil dengan hartamu karena Allah juga akan bakhil kepadamu” (HR Bukhari)
Pada kesempatan lain saat usai shalat Idul Adha di sebuah tanah lapang Rasulullah SAW berseru
“Wahai manusia bersedekahlah kalian!” Kemudian beliau menuju ke tempat para wanita dan bersabda “Wahai para wanita bersedekahlah kalian semua karena aku telah melihat banyak penghuni neraka adalah dari golongan kalian” Mereka berkata “Ya Rasulullah mengapa hal itu bisa terjadi? ”Rasulullah SAW menjawab “sebab kalian sering melaknat dan mengingkari pemberian suami Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang lelaki yang teguh selain dari kalian wahai para wanita” Setelah mendengar anjuran tersebut para wanita itu segera melepas anting-anting dan cincin mereka Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rasulullah SAW yaitu bersedekah
Kemudian Rasulullah SAW pun pergi
Sesampai di rumah datanglah Zainab istri Abdullah bin Mas'ud Ia meminta izin untuk bertemu Salah seorang istri beliau pun berkata “Wahai Rasulullah ini ada Zainab” Kemudian Rasulullah SAW bertanya “Zainab siapa?” “Zainab istri Abdullah bin Mas'ud” jawab istri beliau Rasulullah SAW berkata “Izinkan ia masuk” Setelah masuk Zainab berkata “Wahai Nabi Allah hari ini Engkau telah menyuruh kami untuk bersedekah dan aku mempunyai perhiasan yang ingin aku sedekahkan namun Ibnu Mas'ud beranggapan bahwa ia dan anak-anaknya yang lebih berhak menerima sedekahku” Rasulullah SAW bersabda “Ibnu Mas'ud benar Suamimu dan anak-anakmu adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekahmu” (Hadist Riwayat Tirmidzi)
Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah SAW yang dikategorikan sebagai shadaqah masih terdapat nash-nash hadits lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah secara umum di antaranya adalah:
1. Tasbih Tahlil dan Tahmid
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa setiap tasbih tahlil dan tahmid adalah shadaqah Oleh karenanya mereka ‘diminta' untuk memperbanyak tasbih tahlil dan tahmid atau bahkan dzikir-dzikir lainnya Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah SAW berkata “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian Maka barang siapa yang bertakbir bertahmid bertasbih beristighfar menyingkirkan batu duri atau tulang dari jalan amar ma'ruf nahi mungkar maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian Dan ia sedang berjalan pada hari itu sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka” (Hadist Riwayat Muslim)
2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa amar ma'ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah Karena untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi mungkar seseorang perlu mengeluarkan tenaga pikiran waktu serta perasaannya Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah Bahkan jika dicermati secara mendalam umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah' karena memiliki misi amar ma'ruf nahi mungkar Dalam sebuah ayat-Nya Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS Ali Imran: 110]
3. Bekerja dan untuk membantu nafkah bagi keluarga
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma'dikarib Al-Zubaidi ra dari Rasulullah SAW berkata “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri keluarga anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)
4. Membantu urusan orang lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda “Setiap muslim harus bershadaqah” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana pendapatmu wahai Rasulullah jika ia tidak mendapatkan harta yang dapat disedekahkan?” Rasulullah SAW bersabda “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau bersabda “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab “Mengajak pada yang ma'ruf atau kebaikan” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab “Menahan diri dari perbuatan buruk itu merupakan shadaqah” (HR Muslim)
5. Mendamaikan dua orang yang berselisih
Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah mengishlah di antara manusia yang berselisih adalah shadaqah” (HR Bukhari)
6. Menjenguk orang sakit
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah SWT maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus kali lipat Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya atau menjenguk orang sakit atau menyingkirkan duri maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya maka itu akan menjadi penggugur dosa-dosanya” (HR Ahmad)
7. Berwajah manis atau memberikan senyuman
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Dzar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun Jika ia tidak mendapatkannya maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya ia menemuinya dengan wajah ramah dan jika engkau membeli daging atau memasak dengan periukkuali maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya” (HR Turmudzi)
8. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari
Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bersabda lagi “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bertanya “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bertanya kembali “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Kemudian Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga” (HR. Bukhari)
Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya 'Al-Awsath' dari Qais bin Salk Al-Anshari ra. bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah SAW Mereka berkata: Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak lalu Qais datang kepada Rasulullah SAW: wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku. Mendengar itu, Rasulullah SAW pun menepuk dadanya seraya berkata: Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya - disebutkan sampai tiga kali. Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini. (At-Targhib Wat-Tarhib 2:172)
Abu Daud, lbnu Hibban telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW Ada seorang yang ingin berjihad, tetapi niatnya hendakkan harta dunia, bagaimana? Jawab beliau: Tidak ada pahala sama sekali! Ramai orang memandang berat jawaban beliau itu, Ialu mereka kembali kepada orang yang bertanya itu seraya memintanya bertanya sekali lagi, barangkaii dia salah dengar jawabannya, ataupun dia tidak faham maksud dari jawaban beliau itu. Maka orang itu kembali lagi kepada Rasulullah SAW Ialu bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan orang yang berjihad fl sabilillah, padahal niatnya hendakkan dunia? jawab beliau masih sama: Tidak ada pahalanya sama sekali! Mendengar jawaban yang kedua, orang ramai masih belum puas hati, lalu memintanya supaya bertanya untuk terakhir kalinya. Maka jawaban beliau masih tetap itu juga, yakni tidak ada pahalanya sama sekali.
(At-Targhib Wat-Tarhib 2:419)
Abu Daud dan Nasa'i meriwayatkan dari Abu Umamah ra. dia berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW lalu bertanya: Apa katamu terhadap seorang lelaki yang berjihad fi sabilillah kerana inginkan pahala dan pujian, bagaimana keadaannya? Jawab beliau: Sia-sia saja jihadnya. Orang itu mengulangi lagi sampai tiga kali, dan setiap kali ditanya, tetap dijawab oleh beliau: Sia-sia saja jihadnya, kerana Allah tiada akan menerima sesuatu amal melainkan yang dibuat dengan penuh ikhlas kepadanya, dan mengharapkan keridhaannya! (At-Targhib Wat-Tarhib 2:421)
Sejarah indah melukis kekayaan seorang Utsman. Ketika semua sibuk berperang, beliau menawarkan jiwa dan hartanya untuk Jihad Islam. Panggilan jihad berkumandang, Utsman angkat bicara “ Ya Rasulullah, aku sumbangkan hartaku demi menjawab panggilan jihad Allah SWT”. Tak ada kamus rugi berniaga dengan Allah dalam kamus seorang Utsman. Tidak mengherankan Rasulullah saw menempatkan Utsman ra sebagai kalangan ahli surga. Semoga kita dapat meneladani kisah sahabat yang berjuang dengan hartanya. Dan semoga Allah menjadikan harta kita sebagai teman dan jalan mencapai kenikmatan surga.
PARA sahabat Nabi Saw sudah memberi teladan sangat baik dalam hal infak. Mereka berlomba-lomba menginfakkan harta demi pendanaan operasional dakwah dan jihad fi sabilillah.
Para sahabat Nabi yang kaya raya itu, seperti ungkapan Umar bin Khattab: ”menyimpan hartanya di tangan, bukan di hati. Mereka pun tidak menjadi budak harta, tetapi menjadikan harta itu sebagai sarana amal saleh –menginfakkannya di jalan Allah Swt.
Bagi para sahabat Nabi, berinfak adalah ”hobi”. Sebuah hobi sulit ditinggalkan. Abu Bakar pernah menginfakkan seluruh hartanya untuk membantu dana jihad; Umar bin Khattab menginfakkan separuh hartanya.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi, Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al-Lail: 17-21).
Rasulullah Saw memberikan motivasi dengan menggambarkan betapa besar pahala infak fi sabilillah. Gemar berinfak, dengan demikian, harus digalakkan di kalangan umat, khususnya umat Islam golongan kaya (aghniya), agar ”tidak pelit” untuk mendanai dakwah dan jihad fi sabilillah, demi tegaknya syiar Islam dan martabat kaum Muslimin.
Di sisi lain, motivasi gemar berinfak juga mendorong umat Islam untuk bekerja mencari nafkah atau rezeki yang halal, bahkan menjadi kaya-raya, agar mampu berinfak fi sabilillah.
PAHALA infak sangat besar. Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Mas’ud Al-Anshari ra. Dia berkata,
suatu ketika seorang lelaki datang kepada Nabi Saw dengam menarik seekor unta yang terikat tali di hidungnya, lalu menyerahkannya kepada beliau. Katanya: “Ini untuk sabilillah!” Maka berkata Rasulullah Saw: “Gantinya nanti di hari kiamat 700 ekor unta, semuanya dengan bertali di hidungnya” (HR. Muslim).
Imam Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin As-Shamit, dia berkata: pernah pada suatu ketika, aku berjihad (berperang) bersama-sama Abu Dzar ra. Maka setelah dibagi-bagi ghanimah (harta rampasan perang), dia mendapat bagiannya termasuk seorang jariah. Lalu dia pun membeli segala keperluannya, dan masih ada lagi banyak yang tersisa. Lalu dia menyuruh jariah tadi menukarkannya dengan mata uang untuk dibagi-bagikan kepada semua orang yang memerlukannya. Aku berkata kepada Abu Dzar: “Biarlah jariah itu menahan dulu uang itu untuk keperluan di lain hari, ataupun mana tahu jika datang tamu, maka Engkau tentu memerlukannya?” Abu Dzar menjawab: “Temanku (Rasulullah Saw) sudah membuat perjanjian kepadaku, bahwa apa saja emas atau perak yang disimpan, maka itu sama dengan gumpalan api neraka disimpan oleh tuannya, sehingga diinfakkan semuanya di jalan Allah Azzawajalla.
Dalam riwayat Ahmad dan Thabarani yang lain, siapa yang menyimpan emas atau perak, dan tidak diinfakkannya pada jalan Allah, maka semuanya akan menjadi gumpalan-gumpalan api kelak di hari kiamat, dan akan disetrikakan tuannya (pemiliknya) dengan gumpalan-gumpalan api itu (At-Targhib Wat-Tarhib).
Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya ‘Al-Awsath’ dari Qais bin Salk Al-Anshari ra., bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah Saw. Mereka berkata: ”Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak”. Lalu Qais datang kepada Rasulullah Saw: ”Wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku.” Mendengar hal itu, Rasulullah pun menepuk dadanya seraya berkata secara berulang (tiga kali): ”Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya.” Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini.” (At-Targhib Wat-Tarhib) .
Thabarani telah mengeluarkan berita dari Mu’az bin Jabal ra. dia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:
”Sangat beruntung orang yang memperbanyakkan dzikir kepada Allah ketika sedang berjihad fi sabilillah, kerana baginya buat setiap kalimah tujuh puluh ribu hasanah, setiap hasanah darinya sama dengan sepuluh kali ganda apa yang ada di sisinya dari tambahannya.”
Para sahabat bertanya pula: ”Bagaimana pula dengan menginfakkan harta fi sabilillah, ya Rasulullah?” Jawab beliau: ”Menginfakkan harta sama kadarnya dengan yang demikian.”
Al-Qazwini telah mengeluarkan berita dari seorang yang tidak terkenal dan beritanya mursal kepada Nabi SAW dari Al-Hasan, dari Ahmad, Abu Dardak, Abu Hurairah, Abu Umamah Abdullah bin Amru,jabir dan lmran bin Hushain-radhiallahu-anhum marfuk kepada Nabi SAW bahwa beliau telah berkata:
”Barangsiapa yang mengeluarkan hartanya fi sabilillah, dan dia duduk di rumahnya, maka baginya pahala bagi setiap dirham 700 dirham. Dan barangsiapa berperang serta bernafkah sekaligus fi sabilillah, maka baginya buat setiap dirham 700,000 dirham.” Kemudian beliau membaca firman Allah yang bermaksud: ”Dan Allah menggandakan pahalanya kepada siapa yang disukainya.”
sejarah sahabat Rasulullah saw bagaimana mereka menginfakkan hartanya. Utsman tak segan berinfak 100 ekor unta. Abu Bakar ra mengambil keputusan “berani”. Beliau menyerahkan semua hartanya kepada Rasulullah. Saking herannya, Rasulullah menanyakan “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Beliau menjawab “ Allah dan Rasulnya”. Umar sendiri tak ketinggalan menyerahkan sebagian harta demi kepentingan jihad fisabilillah.
Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik “ ( QS al-Baqarah (2) : 195)
Seorang da’i memotret harta dalam sebuah ungkapan indah “Jangan engkau meletakkan harta di hatimu, tapi letakkan harta di tanganmu”.
==============================
Share untuk manfaat sahabat anda bersama
Apa komen anda? Anda ada sebarang perkongsian/pertambahan?
==============================
Credit: Muslimah sejati & 1001 tips suami isteri
“Setiap pagi ada dua Malaikat yang datang kepada seseorang, dimana yang satu berdoa: “Wahai Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya”, dan malaikat yang lain berdoa “Wahai Allah, binasakanlah harta orang yang kikir”(HR Bukhori, Muslim)
“Sesungguhnya sedekah itu dapat menangkal tujuh puluh macam bala’ (musibah). Karenanya perbanyaklah sedekah, baik dengan cara sembunyi ataupun terang – terangan, maka kamu pasti akan diberi pahala, ditolong dan rizkinya dicukupkan (oleh Allah SWT)”. (Hadist Rasulallah SAW, Riwayat Imam Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”. (HR. Bukhari dan Muslim)
penjelasan hadits ini.
Makna Sulama
(سُلاَمَى) bermakna persendian. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah tulang.
Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan bahwa (سُلاَمَى) adalah persendian dan anggota badan.
Dinukil oleh Ibnu Daqiq Al ‘Ied bahwa Al Qadhi ‘Iyadh (seorang ulama besar Syafi’iyyah) berkata, “Pada asalnya kata (سُلاَمَى) bermakna tulang telapak tangan, tulang jari-jari dan tulang kaki. Kemudian kata tersebut digunakan untuk tulang lainnya dan juga persendian”.
Terdapat hadits dalam shohih Muslim bahwa tubuh kita ini memiliki 360 persendian. Di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 2377)
setiap hari diwajibkan bagi anggota tubuh kita untuk bersedekah. Yaitu diwajibkan bagi setiap persendian kita untuk bersedekah. Maka dalam setiap minggu berarti ada 360 x 7 = 2520 sedekah.
Faedah dari hadits ini menunjukkan setiap orang wajib bersedekah dengan setiap anggota badannya pada setiap harinya mulai dari matahari terbit. Karena perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (عَلَيْهِ صَدَقَةٌ) menunjukkan wajibnya. Bentuk dari hal ini adalah setiap orang harus bersyukur kepada Allah setiap paginya atas keselamatan pada dirinya baik keselamatan pada tangannya, kakinya, dan anggota tubuh lainnya. Maka dia bersyukur kepada Allah karena nikmat ini.
Kalau ada yang mengatakan hal seperti ini sulit dilakukan karena setiap anggota badan harus dihitung untuk bersedekah?
Jawabannya : Nabi telah memberikan ganti untuk hal tersebut yaitu untuk mengganti 360 sedekah dari persendian yang ada. Penggantinya adalah dengan mengerjakan shalat sunnah Dhuha sebanyak 2 raka’at.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى »
“Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin Robbah radhiyallahu ‘anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin. Beliau bersabda,
أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً
“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al Kabir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 1512)
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta tidaklah mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)
Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullahada dua penafsiran:
[1] Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan lama-kelamaan terbiasa merasakannya.
[2] Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.
[3] dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku,
لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu.” Dalam riwayat lain disebutkan,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut
[4]. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta.”
Allah Ta’ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)
Allah Ta’ala berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Sahal ra menuturkan tentang Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengenakan pakaian yang terbuat dari kain wool berwarna hitam dipadu warna putih di bagian sisi-sisinya. Lalu, beliau pun keluar menuju para sahabat seraya berkata: ”Wahai sahabatku, betapa bagusnya kain ini!” Seorang Arab Badui datang menghampiri beliau sambil menyatakan, ”Hadiahkanlah kain itu kepadaku, wahai Rasulullah.” Seperti diketahui, beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. Tidaklah mengherankan bila kekasih Allah SWT itu segera menjawab, ”Ya, ambillah.” Kemudian jubah yang beliau sukai itupun diberikannya kepada lelaki Arab tadi. Beliau lantas meminta baju biasa untuk dikenakan. Setelah itu beliau menyulam baju sebagaimana kain yang dikenakannya tadi. Rasulullah pun wafat dengan mengenakan baju yang disulam tersebut (Kanzul Ummal, Juz IV, halaman 42).
Suatu waktu Nabi Muhammad SAW mengirim utusan kepada Utsman bin Affan agar ia dapat membantu pasukan al-'usrah. Tanpa berpikir dua kali, Utsman menyerahkan uang senilai sepuluh ribu dinar melalui utusan tersebut. Saat Rasulullah Muhammad SAW menerima dana tersebut, beliau mendoakan Utsman: ”Semoga Allah mengampunimu, wahai Utsman, baik kesalahan-kesalahanmu yang dirahasiakan, yang tersembunyi maupun yang nampak terlihat. Semoga ampunan itu terus hingga hari Kiamat. Tidak ada perbuatan yang lebih baik lagi dari ini setelahnya” (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Adi, Daruquthni, Abu Nu'aim, dan Ibnu Asakir; al-Muntakhab, Juz V, halaman 12).
Pada masa kini, jumlah sepuluh ribu dinar kira-kira setara dengan 42,5 kilogram emas. Bila harga 1 gram emas RM 100.00 berarti Utsman menginfakkan hartanya untuk Islam sebanyak RM 4.3 juta dana sebanyak itu tanpa perlu difikir-fikir dahulu.
Pernah Ibnu Umar sakit. Ia ingin sekali makan anggur. Dibelikanlah ia setandan anggur seharga satu dirham (sekitar 112 dinar atau Rp17.000). Namun, datanglah seorang miskin mengemis. Apa yang beliau lakukan? Beliau memerintahkan agar anggur itu diberikan kepada orang miskin tadi. Hal ini berulang hingga tiga atau empat kali. Hingga akhirnya Ibnu Umar pun makan anggur (al-Hilyah, Juz I, halaman 297; al-Ishabah, Juz II, halaman 248). Sungguh mulia pemandangan ini. Harta yang diinfakkan bukan berarti harus selalu besar. Siapapun dapat melakukannya.
Rupanya, para sahabat banyak yang secara sengaja menyisihkan dari penghasilannya untuk bersedekah berinfak.
Ibnu Sa'ad menceritakan dari Nu'man bin Humaid ra yang berkata: ”Aku bersama dengan pamanku pernah berkunjung ke rumah Salman al-Farisi di daerah Madain. Ia menganyam daun kurma”. Salman pun menjelaskan, ”Aku membeli daun kurma seharga satu dirham. Lalu, aku anyam dan kujual seharga tiga dirham. Satu dirham untuk modal, satu dirham untuk keluargaku, dan satu dirham sisanya untuk aku sedekahkan. Andai saja Umar bin Khathab ra melarangku untuk melakukan ini, niscaya aku tidak akan berhenti melakukannya” (Ibnu Sa'ad, Juz IV, halaman 64).
Sudahkah kita meniru sahabat Nabi Salman al-Farisi?
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Mas'ud Al-Anshari
“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya Kemudian ia berkata ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah wahai Rasulullah' Kemudian Rasulullah SAW bersabda ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat semua dilubangi hidungnya' (HR Muslim)
Rasulullah SAW bahkan berwasiat khusus kepada kaum wanita Saat bertemu dengan Asma' Rasulullah SAW bersabda “Berinfaklah dan janganlah kamu menghitung-hitung hartamu karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu. Dan janganlah engkau bakhil dengan hartamu karena Allah juga akan bakhil kepadamu” (HR Bukhari)
Pada kesempatan lain saat usai shalat Idul Adha di sebuah tanah lapang Rasulullah SAW berseru
“Wahai manusia bersedekahlah kalian!” Kemudian beliau menuju ke tempat para wanita dan bersabda “Wahai para wanita bersedekahlah kalian semua karena aku telah melihat banyak penghuni neraka adalah dari golongan kalian” Mereka berkata “Ya Rasulullah mengapa hal itu bisa terjadi? ”Rasulullah SAW menjawab “sebab kalian sering melaknat dan mengingkari pemberian suami Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang lelaki yang teguh selain dari kalian wahai para wanita” Setelah mendengar anjuran tersebut para wanita itu segera melepas anting-anting dan cincin mereka Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rasulullah SAW yaitu bersedekah
Kemudian Rasulullah SAW pun pergi
Sesampai di rumah datanglah Zainab istri Abdullah bin Mas'ud Ia meminta izin untuk bertemu Salah seorang istri beliau pun berkata “Wahai Rasulullah ini ada Zainab” Kemudian Rasulullah SAW bertanya “Zainab siapa?” “Zainab istri Abdullah bin Mas'ud” jawab istri beliau Rasulullah SAW berkata “Izinkan ia masuk” Setelah masuk Zainab berkata “Wahai Nabi Allah hari ini Engkau telah menyuruh kami untuk bersedekah dan aku mempunyai perhiasan yang ingin aku sedekahkan namun Ibnu Mas'ud beranggapan bahwa ia dan anak-anaknya yang lebih berhak menerima sedekahku” Rasulullah SAW bersabda “Ibnu Mas'ud benar Suamimu dan anak-anakmu adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekahmu” (Hadist Riwayat Tirmidzi)
Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah SAW yang dikategorikan sebagai shadaqah masih terdapat nash-nash hadits lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah secara umum di antaranya adalah:
1. Tasbih Tahlil dan Tahmid
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa setiap tasbih tahlil dan tahmid adalah shadaqah Oleh karenanya mereka ‘diminta' untuk memperbanyak tasbih tahlil dan tahmid atau bahkan dzikir-dzikir lainnya Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah SAW berkata “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian Maka barang siapa yang bertakbir bertahmid bertasbih beristighfar menyingkirkan batu duri atau tulang dari jalan amar ma'ruf nahi mungkar maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian Dan ia sedang berjalan pada hari itu sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka” (Hadist Riwayat Muslim)
2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa amar ma'ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah Karena untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi mungkar seseorang perlu mengeluarkan tenaga pikiran waktu serta perasaannya Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah Bahkan jika dicermati secara mendalam umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah' karena memiliki misi amar ma'ruf nahi mungkar Dalam sebuah ayat-Nya Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS Ali Imran: 110]
3. Bekerja dan untuk membantu nafkah bagi keluarga
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma'dikarib Al-Zubaidi ra dari Rasulullah SAW berkata “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri keluarga anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)
4. Membantu urusan orang lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda “Setiap muslim harus bershadaqah” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana pendapatmu wahai Rasulullah jika ia tidak mendapatkan harta yang dapat disedekahkan?” Rasulullah SAW bersabda “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau bersabda “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab “Mengajak pada yang ma'ruf atau kebaikan” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab “Menahan diri dari perbuatan buruk itu merupakan shadaqah” (HR Muslim)
5. Mendamaikan dua orang yang berselisih
Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah mengishlah di antara manusia yang berselisih adalah shadaqah” (HR Bukhari)
6. Menjenguk orang sakit
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah SWT maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus kali lipat Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya atau menjenguk orang sakit atau menyingkirkan duri maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya maka itu akan menjadi penggugur dosa-dosanya” (HR Ahmad)
7. Berwajah manis atau memberikan senyuman
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Dzar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun Jika ia tidak mendapatkannya maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya ia menemuinya dengan wajah ramah dan jika engkau membeli daging atau memasak dengan periukkuali maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya” (HR Turmudzi)
8. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari
Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bersabda lagi “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bertanya “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bertanya kembali “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Kemudian Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga” (HR. Bukhari)
Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya 'Al-Awsath' dari Qais bin Salk Al-Anshari ra. bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah SAW Mereka berkata: Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak lalu Qais datang kepada Rasulullah SAW: wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku. Mendengar itu, Rasulullah SAW pun menepuk dadanya seraya berkata: Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya - disebutkan sampai tiga kali. Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini. (At-Targhib Wat-Tarhib 2:172)
Abu Daud, lbnu Hibban telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW Ada seorang yang ingin berjihad, tetapi niatnya hendakkan harta dunia, bagaimana? Jawab beliau: Tidak ada pahala sama sekali! Ramai orang memandang berat jawaban beliau itu, Ialu mereka kembali kepada orang yang bertanya itu seraya memintanya bertanya sekali lagi, barangkaii dia salah dengar jawabannya, ataupun dia tidak faham maksud dari jawaban beliau itu. Maka orang itu kembali lagi kepada Rasulullah SAW Ialu bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan orang yang berjihad fl sabilillah, padahal niatnya hendakkan dunia? jawab beliau masih sama: Tidak ada pahalanya sama sekali! Mendengar jawaban yang kedua, orang ramai masih belum puas hati, lalu memintanya supaya bertanya untuk terakhir kalinya. Maka jawaban beliau masih tetap itu juga, yakni tidak ada pahalanya sama sekali.
(At-Targhib Wat-Tarhib 2:419)
Abu Daud dan Nasa'i meriwayatkan dari Abu Umamah ra. dia berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW lalu bertanya: Apa katamu terhadap seorang lelaki yang berjihad fi sabilillah kerana inginkan pahala dan pujian, bagaimana keadaannya? Jawab beliau: Sia-sia saja jihadnya. Orang itu mengulangi lagi sampai tiga kali, dan setiap kali ditanya, tetap dijawab oleh beliau: Sia-sia saja jihadnya, kerana Allah tiada akan menerima sesuatu amal melainkan yang dibuat dengan penuh ikhlas kepadanya, dan mengharapkan keridhaannya! (At-Targhib Wat-Tarhib 2:421)
Sejarah indah melukis kekayaan seorang Utsman. Ketika semua sibuk berperang, beliau menawarkan jiwa dan hartanya untuk Jihad Islam. Panggilan jihad berkumandang, Utsman angkat bicara “ Ya Rasulullah, aku sumbangkan hartaku demi menjawab panggilan jihad Allah SWT”. Tak ada kamus rugi berniaga dengan Allah dalam kamus seorang Utsman. Tidak mengherankan Rasulullah saw menempatkan Utsman ra sebagai kalangan ahli surga. Semoga kita dapat meneladani kisah sahabat yang berjuang dengan hartanya. Dan semoga Allah menjadikan harta kita sebagai teman dan jalan mencapai kenikmatan surga.
PARA sahabat Nabi Saw sudah memberi teladan sangat baik dalam hal infak. Mereka berlomba-lomba menginfakkan harta demi pendanaan operasional dakwah dan jihad fi sabilillah.
Para sahabat Nabi yang kaya raya itu, seperti ungkapan Umar bin Khattab: ”menyimpan hartanya di tangan, bukan di hati. Mereka pun tidak menjadi budak harta, tetapi menjadikan harta itu sebagai sarana amal saleh –menginfakkannya di jalan Allah Swt.
Bagi para sahabat Nabi, berinfak adalah ”hobi”. Sebuah hobi sulit ditinggalkan. Abu Bakar pernah menginfakkan seluruh hartanya untuk membantu dana jihad; Umar bin Khattab menginfakkan separuh hartanya.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi, Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al-Lail: 17-21).
Rasulullah Saw memberikan motivasi dengan menggambarkan betapa besar pahala infak fi sabilillah. Gemar berinfak, dengan demikian, harus digalakkan di kalangan umat, khususnya umat Islam golongan kaya (aghniya), agar ”tidak pelit” untuk mendanai dakwah dan jihad fi sabilillah, demi tegaknya syiar Islam dan martabat kaum Muslimin.
Di sisi lain, motivasi gemar berinfak juga mendorong umat Islam untuk bekerja mencari nafkah atau rezeki yang halal, bahkan menjadi kaya-raya, agar mampu berinfak fi sabilillah.
PAHALA infak sangat besar. Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Mas’ud Al-Anshari ra. Dia berkata,
suatu ketika seorang lelaki datang kepada Nabi Saw dengam menarik seekor unta yang terikat tali di hidungnya, lalu menyerahkannya kepada beliau. Katanya: “Ini untuk sabilillah!” Maka berkata Rasulullah Saw: “Gantinya nanti di hari kiamat 700 ekor unta, semuanya dengan bertali di hidungnya” (HR. Muslim).
Imam Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin As-Shamit, dia berkata: pernah pada suatu ketika, aku berjihad (berperang) bersama-sama Abu Dzar ra. Maka setelah dibagi-bagi ghanimah (harta rampasan perang), dia mendapat bagiannya termasuk seorang jariah. Lalu dia pun membeli segala keperluannya, dan masih ada lagi banyak yang tersisa. Lalu dia menyuruh jariah tadi menukarkannya dengan mata uang untuk dibagi-bagikan kepada semua orang yang memerlukannya. Aku berkata kepada Abu Dzar: “Biarlah jariah itu menahan dulu uang itu untuk keperluan di lain hari, ataupun mana tahu jika datang tamu, maka Engkau tentu memerlukannya?” Abu Dzar menjawab: “Temanku (Rasulullah Saw) sudah membuat perjanjian kepadaku, bahwa apa saja emas atau perak yang disimpan, maka itu sama dengan gumpalan api neraka disimpan oleh tuannya, sehingga diinfakkan semuanya di jalan Allah Azzawajalla.
Dalam riwayat Ahmad dan Thabarani yang lain, siapa yang menyimpan emas atau perak, dan tidak diinfakkannya pada jalan Allah, maka semuanya akan menjadi gumpalan-gumpalan api kelak di hari kiamat, dan akan disetrikakan tuannya (pemiliknya) dengan gumpalan-gumpalan api itu (At-Targhib Wat-Tarhib).
Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya ‘Al-Awsath’ dari Qais bin Salk Al-Anshari ra., bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah Saw. Mereka berkata: ”Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak”. Lalu Qais datang kepada Rasulullah Saw: ”Wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku.” Mendengar hal itu, Rasulullah pun menepuk dadanya seraya berkata secara berulang (tiga kali): ”Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya.” Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini.” (At-Targhib Wat-Tarhib) .
Thabarani telah mengeluarkan berita dari Mu’az bin Jabal ra. dia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:
”Sangat beruntung orang yang memperbanyakkan dzikir kepada Allah ketika sedang berjihad fi sabilillah, kerana baginya buat setiap kalimah tujuh puluh ribu hasanah, setiap hasanah darinya sama dengan sepuluh kali ganda apa yang ada di sisinya dari tambahannya.”
Para sahabat bertanya pula: ”Bagaimana pula dengan menginfakkan harta fi sabilillah, ya Rasulullah?” Jawab beliau: ”Menginfakkan harta sama kadarnya dengan yang demikian.”
Al-Qazwini telah mengeluarkan berita dari seorang yang tidak terkenal dan beritanya mursal kepada Nabi SAW dari Al-Hasan, dari Ahmad, Abu Dardak, Abu Hurairah, Abu Umamah Abdullah bin Amru,jabir dan lmran bin Hushain-radhiallahu-anhum marfuk kepada Nabi SAW bahwa beliau telah berkata:
”Barangsiapa yang mengeluarkan hartanya fi sabilillah, dan dia duduk di rumahnya, maka baginya pahala bagi setiap dirham 700 dirham. Dan barangsiapa berperang serta bernafkah sekaligus fi sabilillah, maka baginya buat setiap dirham 700,000 dirham.” Kemudian beliau membaca firman Allah yang bermaksud: ”Dan Allah menggandakan pahalanya kepada siapa yang disukainya.”
sejarah sahabat Rasulullah saw bagaimana mereka menginfakkan hartanya. Utsman tak segan berinfak 100 ekor unta. Abu Bakar ra mengambil keputusan “berani”. Beliau menyerahkan semua hartanya kepada Rasulullah. Saking herannya, Rasulullah menanyakan “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Beliau menjawab “ Allah dan Rasulnya”. Umar sendiri tak ketinggalan menyerahkan sebagian harta demi kepentingan jihad fisabilillah.
Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik “ ( QS al-Baqarah (2) : 195)
Seorang da’i memotret harta dalam sebuah ungkapan indah “Jangan engkau meletakkan harta di hatimu, tapi letakkan harta di tanganmu”.
==============================
Share untuk manfaat sahabat anda bersama
Apa komen anda? Anda ada sebarang perkongsian/pertambahan?
==============================